Rabu, 29 Desember 2010

HOLISTIC RECREATION : Maha Patih Gajah Mada

brosur-gajah-mada-indonesia-new1

Nusantara pernah melahirkan seorang pemimpin nasional yang besar. Namanya melegenda karena prestasi besarnya membentuk Negara Nasional yang lebih besar dari Republik Indonesia sekarang, pemimpin yang dimaksud adalah Patih Mangkubumi Majapahit “Gadjah Mada“. Manifesto Politiknya yang terkenal dengan “SUMPAH PALAPA” menggema berabad-abad, serta memberi inspirasi bagi generasi – generasi berikutnya. Bahkan Negara Kesatuan Republik Indonesia pun terlahir dari spirit Manifesto Politik SUMPAH PALAPA sang Patih.

Gajah Mada, seorang tokoh yang mendapat tempat terhormat dalam sejarah perjuangan Nusantara. Tokoh yang menyejarah dengan gemilang, namun dimana beliau dilahirkan dan dimakamkan tidak pernah diketahui orang dengan pasti. Dialah tokoh pertama kali yang berhasil mempersatukan Nusantara menjadi satu Nationale State – dibawah panji Majapahit.

Diperkirakan, Gajah Mada lahir pada permulaan abad ke-14. Daerah kelahirannya adalah lembah sungai Brantas, diantara gunung Kawi dan gunung Arjuna nan indah. Lembah dengan kesegaran tetumbuhannya, kicau burung diwaktu pagi dan petang, serta kesejukan hawanya, membuat dekatnya kehidupan dengan alam dan TUHAN.

Tokoh besar Nusantara ini, tidak dicatat secara pasti oleh sejarah kapan tepatnya dilahirkan. Orang Bali mengkultuskannya, mempercayainya sebagai putra Bali yang tidak berayah dan tidak beribu. Ia terpancarkan dari dalam buah kelapa, sebagai penjelmaan Sang Narayana turun ke dunia yang bertugas menyatukan dan memakmurkan Nusantara.

Gajah Mada berasal dari rakyat biasa, bukan dari kalangan bangsawan ataupun keluarga kaya. Namun karena mempunyai Talenta Kepemimpinan yang sangat kuat dan melebihi orang-orang sebaya di masanya, membuat ia dapat mampu masuk ke lingkaran kekuasaan. Nama Gajah Mada sendiri mengandung makna Gajah yang tangkas, cerdas dan energik.

Gajah Mada dikenal juga dengan nama Mpu Mada, Djaya Mada, atau Dwirada Mada. Ia diyakini sebagai Lembu Muksa yang merupakan titisan Wisnu. Dengan keyakinan masyarakat yang demikian inilah, maka Gajah Mada mendapat legitimasi yang sangat kuat dari seluruh masyarakat Majapahit, sehingga mendapat dukungan kepatuhan penuh dari rakyat serta kepercayaan besar dari Raja.

Idealisme dan Talenta Pemuda Mada, mendorongnya berkarier dalam lapangan ketata-negaraan. Awal kariernya dimulai dari anggota prajurit Bayangkara. Karena kemampuannya, kemudian diangkat menjadi Bekel atau Kepala Prajurit Bayangkara dengan tugas memimpin pasukan pengaman dan pengawal raja.

Pengabdian Gajah Mada pada negara sudah dimulai pada masa pemerintahan Jayanegara (1309-1328); Pada masa pemerintahan Raja ini; Gajah Mada menunjukkan banyak prestasi istimewa; sehingga kariernya terus menanjak.

Dalam periode kariernya sebagai bekel (1319-1321), keahliaannya dalam menyelesikan permasalahan (problem solving) mengagumkan seluruh masyarakat Majapahit; terutama dari kalangan istana.

Prestasi gemilang pada saat menjadi bekel yg dicatat sejarah adalah keberhasilannya dalam menyelamatkan pemerintahan dari kudeta/separatisme Ra Kuti. Atas prestasinnya ini, kemudian ia dipromosikan menjadi Patih di daerah Kahuripan pada tahun 1319.

Gajah Mada menjabat sebagai Patih Kahuripan selama 2 (dua) tahun, yakni 1319–1321. Posisi Patih Kahuripan, merupakan hal yang challenging baginya. Dengan posisi barunya ini, Gajah Mada dapat terus meningkatkan knowledge, skill dan experiencenya dibidang kepemimpinan dan manajemen tata pemerintahan dan ketata keprajaan.

Kariernya terus menanjak, seiring dengan meningkatnya prestasi dan kompetensinya. Pada tahun 1321, dipromosikan untuk menjadi Patih Daha, suatu daerah yang lebih strategis, prestisius dan mempunyai area yang lebih luas daripada Kahuripan menggantikan Arya Tilam.

Selama menjalankan tugasnya di Daha, Gajah Mada mendapat endorser, counseling, training, coaching dari seniornya Arya Tadah Mahapatih Majapahit. Arya Tadah sengaja mengkader Gajah Mada untuk kelak menggantikannya menjadi Mahapatih.

Bintang Gajah Mada terus bersinar, setelah bersama-sama Adityawarman berhasil menyelesaikan kasus separatisme Sadeng pada tahun 1331, maka jalan kariernya mencapai puncak sebagai Mahapatih Majapahit semakin mulus.

Arya Tadah yang semakin uzur mengajukan pengunduran diri dari jabatan Mahapatih, secara bersamaan pula mengusulkan kepada Ratu Tribuwana Tunggadewi bahwa calon penggantinya adalah kadernya sendiri yang bernama Gajah Mada.

Ratu Majapahit setuju atas usulan Arya Tadah, maka pada tahun 1331 Gajah Mada dikukuhkan menjadi Mahapatih Majapahit. Layaknya pelantikan kepala pemerintahan zaman sekarang, saat dikukuhkan Gajah Mada membuat testament politik yang sangat luar biasa. Testamen politik yang sangat menyejarah dan dikenal sepanjang zaman oleh generasi berikutnya, testamen tersebut adalah SUMPAH PALAPA.
Sumpah Palapa termuat dalam kitab Pararaton berbunyi sebagai berikut : “Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukita palapa, sira Gajah Mada : Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa “
Beliau Gajah Mada menjabat patih amangkubumi tidak ingin menikmati palapa, beliau Gajah Mada : kalau sudah kalah seluruh nusantara saya akan menikmati palapa, kalau sudah kalah “Gurun, Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang (Semananjung), Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik (Singapura) pada waktu itulah saya akan menikmati palapa
Selama menjalankan roda pemerintahan Majapahit (1331-1363), kondisi negara Majapahit sangatlah stabil. Bagi Gajah Mada Stabilitas adalah Key Succes Factor untuk membangun sebuah organisasi termasuk negara. Oleh karena itulah, hari pertama yang dilakukan Gajah Mada setelah dikukuhkan menjadi Mahapatih adalah melakukan konsolidasi internal pemerintahan. Menyingkirkan duri-duri yang kemungkinan akan menghambat pencapaian tujuan, seperti Ra Banyak dan Ra Kembar.

Kultus masyarakat yang mengatakan bahwa Gajah Mada adalah titisan dari Dewa Wisnu menguntungkan posisi kepemimpinannya, sehingga ia dapat secara effective menjadi pemimpin bagi bawahan dan rakyatnya melalui symbolic framework. Dengan demikian tidak saja Gajah Mada mendapatkan power secara konstuitusional, tetapi juga mendapatkan legitimasi secara spritual keagamaan.

Dengan Expert Power yang dimilikinya, Gajah Mada mampu membuat Raja dan bawahan menjadi segan dan menaruh hormat padanya. Dengan bekal tersebut diatas, Gajah Mada mampu mentransformasikan Visinya menjadi kenyataan.

Prestasi terbesar Gajah Mada adalah keberhasilannya mempersatukan Nusantara membentuk Nationale State – Majapahit. Dibawah kepemimpinannya satu persatu daerah di seluruh kepulauan Nusantar terintegrasi dalam satu payung Majapahit Raya. Seluruh Semenanjung Melayu, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sunda Kecil, Maluku dan Irian Barat bersatu menjadi sebuah Nationale State.

Gajah Mada tidak hanya berhasil mengintegrasikan Nusantara yang terdiri dari berpuluh ribu pulau dengan ragam agama, suku, bahasa dan budayanya akan tetapi juga berhasil memajukan negara Majapahit. Pada masa Gajah Mada dilakukan pembangunan disegala bidang kehidupan, seperti misalkan :
- Bidang Agama dan Spiritual : Semua Agama mendapat perhatian yang sama dari pemerintah dalam pengembangannya. Untuk urusan agama Buda diurusi oleh Darmadyaksa Ring Kasogatan dan untuk agama Hindu diurusi oleh Darmadyaksa Ring Kasiwan. Di daerah Samodra Pasai Sumatera dan beberapa daerah pesisir agama Islam bebas berkembang. Dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika, agama-agama bebas berkembang dalam lingkungan negara Majapahit. Umat beragama bebas memeluk dan menjalankan agamanya masing-masing dan hidup dalam suasana rukun. Sesanti Bhineka Tunggal Ika adalah warisan Majapahit yang masih relevan dipergunakan sampai saat ini.
- Bidang Falsafat, Ilmu-pengetahuan, Seni dan Teknologi : Munculnya banyak karya sastra dan cendekiawan adalah bukti berkembangnya filsafat, ilmu dan seni pada zaman majapahit. Pada masa itu teknologi juga berkembang, ekspor barang-barang perabotan menunjukkan berkembangnya teknologi industri rumah-tangga, candi tikus sebagai sentral pengaturan air minum menggunakan teknologi sanitasi termutakhir di zamannya, produksi logam mulia menunjukkan penguasaan teknologi pengolahan logam (metalurgi) juga berkembang pada saat itu. Kuatnya Armada Laut, baik armada dagang maupun armada militer laut yang mengarungi laut sampai Madagaskar, tentunya didukung dengan kemampuan teknologi perkapalan dan kemaritiman yang baik. Rapinya transportasi sungai, mencerminkan kemampuan teknik dan manajemen transportasi sungai.
- Ekonomi : menurut catatan sejarah Majapahit merupakan produsen beras, rempah-rempah, garam, emas-perak dan peralatan rumah-tangga. Produksi tersebut sebagian dikonsumsi penduduk dalam negeri dan sebagian di ekspor ke luar negeri. Pada zaman Majapahit sudah berkembang perdagangan interinsulair Nusantara (antar pulau-pulau) dan perdagangan intenasional (Asia tenggara, Tiongkok dan India).
- Politik : Politik dalam negeri difokuskan pada Integrasi Nusantara, sedangkan Politik Luar Negeri ditekankan pada pembinaan Lingkungan Negara-negara Asia Raya.
- Hukum : Untuk menopang pemerintahan supaya kuat, bersih dan berwibawa, Gajah Mada menyadari betul pentingnya penegakan supremasi hukum (Law Enxforcement). Pada zaman Gajah Mada berhasil disusun Kitab Hukum dengan nama Kutara Manawa. Sebagai patih Mangkubumi, Gajah Mada merangkap kedudukan sebagai Raja Jaksa (Jaksa Agung), yang bertanggung jawab menyusun undang-undang, menjalankan undang-undang dan menjaga agar pelaksanaan undang-undang berjalan dengan baik.

Sebagaimana kelahirannya, maka kematian Gajah Mada menyimpan teka-teki. Sejak peristiwa Bubat, Gajah Mada lebih banyak menyepi-berolah batin di pesanggrahannya Madakaripura, yang terletak di Lereng Tengger. Beliau menjalani kehidupannya sebagai Brahmana sampai akhir hayatnya, pada tahun 1364. Tentang dimana jasad Gajah Mada disemayamkan tak satupun orang tahu dengan pasti, banyak orang yang menduga, bahwa Beliau telah Moksa kembali kahyangan. Hikayat Melayu menceritakan bahwa Sang Negarawan besar ini, tenggelam di lautan lepas.

Kisah akhir hayat Gajah Mada mirip dengan seorang Bung Karno. Pada hari tuanya dituduh sewenang-wenang dengan kekuasaanya. Namun sesungguhnya kedua nasionalis sejati ini tealah memilih menjadi martir bagi persatuan Bangsa dan Negaranya. Sanubarinya berkata “ Saya merasa diri saya sebagai sepotong kayu dalam gundukan kayu api unggun. Sepotong daripada ratusan atau ribuan kayu di dalam api unggun yang menyala-nyala. Saya menyumbangkan sedikit kepada nyalanya api unggun itu, tetapi sebaliknya saya dimakan oleh api unggun itu. Dimakan apinya api unggun”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar