Rabu, 16 Februari 2011


Presiden RI Pertama Ir. ACHMAD SOEKARNO ... HAJI AKBAR













Bung Karno adalah seorang Haji Akbar. Nalarnya, saat ia berangkat haji tahun 1955, ritual inti haji terjadi pada hari Jumat, sebuah hari suci bagi umat Islam. Karena itulah ia bergelar Haji Akbar. Tentu saja peristiwa itu tergolong langka. Sebuah versi menyebutkan, dari ibadah haji yang dilakukannya itulah ia mendapat tambahan nama “Ahmad”.

Akan tetapi, Bung Karno tetap Bung Karno. Ia tidak menyandangkan nama Ahmad maupun gelar haji di depan namanya. Karenanya, ia pernah berang manakala seorang wartawan Amerika Serikat menuliskan namanya sebagai Ahmad Soekarno.

Menunaikan ibadah haji tahun 1955, tentulah berbeda dengan era sekarang. Sebab, fasilitas penunjang kelancaran beribadah, belum sesempurna saat ini. Sebagai contoh, ritual sa’i, yakni berjalan kaki dengan tergesa-gesa antara dua bukit, bukit Shafa dan Marwah tidak semudah sekarang.

Sa’i, adalah sebuah ritual yang mengilas balik ketika Ismail, putra Nabi Ibrahim dari Siti Hajar, masih menyusu. Suatu hari perbekalan mereka habis, Ismail kelaparan dan kehausan. Siti Hajar mencoba mencari sumber air dengan berlari-lari antara dua bukit: Shafa ke Marwah demi seorang anak amanah Allah. Hajar pun terus mencari sumber air bolak-balik tujuh kali. Sampai suatu ketika, Allah menolong mereka dengan memberikan sumber air yang jernih, yang sekarang kita namakan air zam-zam. Sumber air yang keluar dari hentakan dan jejakan kaki Ismail.

Kisah Siti Hajar ini diabadikan dan dikenang oleh seluruh umat Islam di dunia, sebagai rangkaian ibadah haji, yakni sa’i -berlari-lari kecil atau berjalan tergesa-gesa dari Sahfa ke Marwah bolak-balik tujuh kali.

Nah, di tahun 1955, jalan antara dua bukit tadi masih sempit dan tidak rata, ditambah kepikukan pertokoan dan warung-warung makan di kiri kanan jalan tadi. Sedangkan saat ini, jalan antara Shafa dan Marwah lebar dan mulus berkat hamparan marmer, beratap pula. Jika dulu, jalur tadi sempit dan digunakan untuk dua jalur, maka saat ini sudah jauh lebih lebar, dan terdapat pemisah antara satu jalur dan jalur lainnya.

Sejarah Saudi Arabia mencatat, perbaikan jalur antara bukit Shafa dan Marwah adalah berkat saran Bung Karno kepada Raja setempat. Pada tahun 1955, pengaruh Bung Karno memang begitu besar. Tidak saja di negara-negara Asia dan Afrika, tetapi hingga ke bentang Eropa, Amerika, bahkan Timur Tengah, termasuk Saudi Arabia.

Dr. Soeharto, dokter pribadi yang ikut serta dalam rombongan haji Bung Karno, menuturkan betapa ia merasa beruntung. Sebab, tidak seperti kebanyakan jemaah haji yang lain, maka Bung Karno dan rombongan diperkenankan berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW di areal Masjid Nabawi, Madinah. Raja Arab begitu menghormati Bung Karno.

Dalam perjalanan pulang dari Tanah Suci, kepada Dr. Soeharto dan didengar anggota rombongan yang lain, Bung Karno sempat menyampaikan pesan spiritualnya. Katanya, “To… kamu hendaknya jangan mempergunakan predikat haji, sebelum kamu betul-betul dapat mendirikan –tidak sekadar menjalankan– shalat secara tertib sebagaimana yang diperintahkan.”

========================================================

"POHON SOEKARNO" DI ARAFAH













PadangArafah… sebuah areal yang sakral dalam ritual haji. Tidak sah ibadah haji, tanpa melakukan wukuf (berdiam diri) dipadangba’da Arafah. Tak heran, jika pada tanggal 9 Dzulhijah, di antara waktu tergelincirnya matahari ( dhuhur) hingga terbenamnya matahari, semua jemaah haji, tanpa kecuali, harus menjalani wukuf di Arafah.

Yang sehat, yang sekarat… yang gagah, yang jalan dipapah… harus berdiam di Arafah. Sekalipun untuk itu, si sakit harus tetap di pembaringan dengan berbagai selang infus dan alat-alat bantu medis lainnya. Alhasil, berbondong-bondonglah jutaan jemaah haji menuju padang Arafah.

Lokasi padang Arah, kurang lebih sekitar 26 km sebelah tenggarakota Mekah. “Kehidupan” di Arafah hanya tampak pada tanggal 9 Dzulhijah. Selebihnya, Arafah adalah daerah tak berpenghuni. Di luar waktu wukuf, Arafah tidak lagi menjadi daerah sakral dan mustajab. Sebaliknya, pada waktu wukuf itulah Arafah menjadi daerah yang begitu sakral.

Menggambarkan suasana wukuf di Arafah, bisa sangat panjang.Karenanya, mari kita ambil haluan semula, menyoal adanya “Pohon Soekarno” di sana. “Pohon Soekarno” di Padang Arafah. Dinamakan pohon Soekarno, semata sebagai penghargaan bangsa Arab kepada Presiden Republik Indonesia yang pertama, Soekarno.

Soekarno-lah yang menggagas penghijauan di Padang Arafah. Konon, Soekarno pula yang memilihkan jenis tanaman, hingga menyiapkan sebuah tim penghijauan Arafah. Gagasan Soekarno berhasil. Padang tandus dengan permukaan batu cadas nan gersang, berhasil dihijaukan oleh Soekarno. Raja Fahd (ketika itu), sangat berterima kasih, dan mengabadikan nama “Pohon Soekarno” untuk poho-pohon yang sekarang menghijaukan areal Arafah seluas kurang lebih 5,5 km X 3,5 km atau setara 19,25 km persegi.

Hingga kini, orang masih banyak yang bertanya-tanya ihwal jenis pohon yang dinamakan “Pohon Soekarno” itu. Ada sejumlah nama yang acap diucap orang. Di Indonesia, jenis pohon yang ditanam di Arafah itu dinamakan pohon imba. Selain daunnya berkhasiat untuk mengobati diare, lebih dari itu jenis pohon ini sangat tahan hidup di daerah tandus, bahkan dalam suhu udara yang panas ekstrim.

Sumber lain menyebut nama pohon mindi sebagai “pohon Soekarno” di Arafah. Jenis pohon mindi ini bisa hidup di tanah berpasir, tandus, gersang… dan sangat tahan meski kekurangan air. Daunnya diyakini berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit. Sekalipun begitu, dahan dan rantingnya sangat mudah patah. Sangat mungkin, pohon imba dan pohon mindi itu sama. Setidaknya, berasal dari rumpun pepohonan yang sejenis.

Yang pasti, dengan gagasan penghijauan Arafah, kini areal itu menjadi ijo royo-royo. Dipotret dari udara, tampak petak-petak hijau dengan aneka bentuk tenda perkemahan jemaah haji, disekat jalur jalan beraspal mulus.

Hal lain, Padang Arafah ini juga diibaratkan rahim ibu. Artinya, luas arealnya tidak pernah bertambah luas, tetapi tatap mampu menampung berapa pun jumlah jemaah. Jika luas Arafah hanya ideal dihuni tak lebih dari 2 juta jiwa, faktanya pada musim haji, penghuni Padang Arafah bisa mencapai 3,5 – 4 juta.

Laksana rahim sang ibu, yang mampu mengandung satu janin, atau beberapa janin sekaligus, maka seperti itu pulalah Padang Arafah. Ia cukup bagi 2 juta jemaah haji… dan tetap cukup meski berisi 4 juta jemaah haji. Arafah juga sebuah miniatur Padang Mahsyar atau yang juga disebut yawm al Mahsyar (Hari Kebangkitan). Dan Soekarno telah menghijaukan areal yang begitu sakral bagi seluruh umat muslim di atas bumi, sehingga namanya pun diabadikan di sana.

===========================================================================

BATU GANTUNG MESJID AL AQSA















Keterangan : Bukti kebesaran Allah SWT batu tempat duduk Nabi Muhammad

SAW sewaktu Israk Mikraj sampai kini masih tetap terapung di udara. Pada
saat Nabi Muhammad hendak Mikraj batu tersebut nak ikut bersama, tetapi
Nabi SAW menghentakkan kakinya pada batu tersebut, maksudnya agar batu
tersebut tidak dibenarkan ikut.
Kisah Israk Mikraj Nabi Muhammad SAW tentang batu gantung tersebut yang
berada dalam masjid Umar (Dome of the Rock) di Lingkungan Masjidil AL
AQSA di Yarusalem (Baitulmuqadis).

Foto ini dari seorang hamba Allah sewaktu melawat Al Aqsa (yg
sebenarnya) di Jerusalem, Subhanallah … !! Foto ini dapat lolos
kerana tidak diketahui oleh pihak
Israel yang berkawal dan menjaga
tempat tersebut dengan ketat.

Sampai sekarang masjid “dome of rock” ditutup untuk umum, dan Yahudi
telah membuat masjid lain iaitu Al Sakhra tak jauh disebelahnya
dengan kubah “emas” ( yg sering terlihat di poster2 yg disebarkan ke
seluruh dunia dimana2 ) dan disebut sebagai Al Aqsa, untuk mengelabui
ummat Islam dimana masjid Al Aqsa yang sebenarnya, yang Nabi Muhammad
SAW pernah sebutkan Al Aqsa sebagai “masjid kubah biru”.
Sekarang ini masjid Al Aqsa yg sebenarnya sudah diambil alih oleh
Israel
dan merancang untuk dihancurkan untuk diganti sebagai tempat ibadah
mereka kerana bersebelahan dengan tembok ratapan bangsa Yahudi.

========================================================